Saturday, April 5, 2025

Lebaran dengan Makna dan Rasa yang Berbeda

 

Merayakan lebaran sebagai orang dewasa yang juga sudah menjadi orang tua tentu memberi rasa dan makna bahagia yang berbeda. Orang-orangnya, hidangan lebarannya, mungkin masih sama. Tetap ada bakso, kupat sayur, tart dan kue-kue kering sejuta umat itu. Namun, yang menjadikannya berbeda adalah 


Orang tua kita yang kian menua







Uti dan Kakungnya Diba Dipo (tapi ini bukan warung soto di dekat rumah pak Jokowi, ya)

Kebetulan lebaran hari pertama tahun ini di Solo aja. Gilirannya rumah mertua, uti dan kakungnya Diba Dipo. Selepas sholat eid, kita langsung nge-gasss ke sana. Membawa sekotak ayam ingkung dan tongseng untuk sarapan bareng. Rupanya, ibu mertua juga udah nyiapin sate ayam. Eh, ujung-ujungnya tetap aja kita cari maem keluar 🤣 Biar berasa lebarannya gitu kalik, ya. Muterin jalanan dan berujung nyarap soto di dekat rumah pak Jokowi.


Lebaran hari kedua lanjut ke rumah ayah dan mama, mbahkung dan neneknya Diba Dipo. Membawa serta seabrek mainan bocil dan sepeda. Karena perjalanannya rada jauh, kita sempat mampir-mampir sebentar. Ya, apalagi kalau bukan jajan snack 😁 Sesampainya di rumah ayah, langsung disambut oleh aroma kuah bakso, uhuuuy ! Ujung-ujungnya kita keluar juga jajan gule dan sate kambing. Teteup 😁



Mbahkung dan Neneknya Diba Dipo


Namun, entah kenapa, kepulangan di lebaran kali ini, baik ke rumah ayah atau mertua, ada terselip perasaan yang berbeda. Campur-campur, tapi tetap penuh syukur.


Cake dari My Shaliha sister, mbak Amar


Ada perasaan tenang melihat orang tua dan mertua dalam keadaan sehat seutuhnya. Namun, semakin menyadarkanku pada sebuah realita. Seperti ada lubang yang tak lagi bisa menutup sempurna. Mereka, orang tua dan mertua, kian menua. Barangkali, tak lagi kuat sekuat dulu menggendong cucu-cucunya yang semakin bertumbuh besar. Barangkali, hanya bisa menonton cucu-cucunya berlarian kesana kemari. Namun, kasih sayang dan perhatiannya, selalu tumbuh dan tak kemana-mana. Barangkali, kebersamaan ini hanya tinggal sebentar. Tak ada yang tahu. 


Boleh kah aku meminta agar mereka tetap sehat dan berbahagia dengan cucu-cucunya untuk tahun-tahun ke depan ?


Berbincang dengan mereka saat lebaran begini, rasanya sudah memberi kami bahagia yang lebih. Sudah bukan obrolan pengin menghabiskan libur lebaran jalan-jalan kemana. Sudah bukan janjian pakai dresscode apa atau pengin kulineran kemana. Tak melulu ngobrolin hal-hal yang serius juga. Melainkan obrolan-obrolan mendalam penuh makna yang hanya bisa kami anak-anaknya pahami ketika bersedia memberi hati untuk lebih banyak memahami.


"Sholat tepat waktu"

"Tambahin amalan-amalan sunnahnya"

"Banyakin syukurnya"


Tak persis demikian, sih, tapi kira-kira seperti itu. Tak pernah bilang secara langsung ke kami tapi mereka adalah orang tua yang menunjukkan segala sesuatu dengan tindakan dan perilaku.


Semakin haru ketika tahu mereka mengisi masa-masa tua dengan kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Ayah yang masih suka menonton pertandingan volley antar kampung. Bapak mertua yang masih kuat berangkat ke mesjid diusianya yang kini delapan puluh tiga tahun. Ibu mertua yang masih terhubung dengan anak-anak muridnya. Dan mama yang suka ikut jadi sobat rewang di kampungnya. 


Barangkali, setelah lebaran lewat, hari-hari mereka kembali lengang dan terasa sepi. Di sisi kehidupan yang lain, kita anak-anaknya, semakin sibuk berjuang dengan dunia sendiri. Pesan singkat atau sambungan telepon dari anak cucu tak selalu bisa membuat ramai hati. Boleh kah ketenangan hidup tetap selalu membersamai mereka, ya Rabb ? 🤲🏻


Doanya masih sama. Semoga Allahu Rabbi menyempurnakan kebahagiaan di hari raya ini dengan meningkatkan level ketaatan, keimanan dan ketakwaan kita. Membuka jalan bakti dengan cara-cara yang DIA ridhoi.

Wednesday, March 5, 2025

Ramadan The Gift and The Catalyst For Change

 

Hadiah itu bernama Ramadan

Waktu dimana doa-doa dapat mewujud dengan indah atas izin-Nya

Semua hamba menanti, namun ia akan berlalu dengan cepatnya





Ramadan, sebuah pemantik dimana alasan tindakan tak lagi terasa berat untuk dijalankan

Tak ada alasan untuk bermalas-malasan

Berkegiatan seperti biasa sembari berpuasa, tak lupa mendekat dan lebih dekat dengan Al-Qur'an, mengikuti kajian, menjaga lisan dan menjauhkan diri dari segala bentuk kekhilafan

Sebuah hadiah yang nilainya hanya dirimu dan Sang Maha yang tahu



Ramadan, bulan mulia diturunkannya Al-Qur'an

Untuk dibaca, diambil pelajaran darinya, direnungkan maknanya lalu diamalkan

Sebab, membacanya memberimu nilai personal dan mengamalkannya akan bernilai integral

Maslahatnya tak hanya dirasakan olehmu, melainkan juga orang-orang di sekelilingmu



Hay diri...  tak seharusnya hati merasa berat, sebab semua kawan muslim di segenap penjuru dunia berjuang untuk hal yang sama pula

Hanya terkadang, dunia dengan segala kesibukannya selalu jadi pembenaran atas sebuah keengganan

Kalau sudah begitu, bagaimana bisa menjadi manusia bertakwa dan mendamba Surga ?

Dasar aku... :(



Semoga, puasa ramadan dapat menjadi momentum perbaikan diri dan pengendalian diri terbaik

Sebab tak tahu akan berapa kali lagi diri ini akan diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengannya

Mempertahankan yang baik-baik untuk hari-hari setelahnya

Tak lagi sekedar menjaga mata dan telinga

Tak lagi remedial di level menahan lapar dan dahaga

Melainkan sudah naik ke level meningkatkan pemahaman Qur'an dan menambah amalan

Agar layak mendapatkan gelar terbaik yaitu manusia yang bertakwa


Tuesday, February 25, 2025

The Epitome of Quiet Confidence

 

Dress simply and didn't look flashy, he walk into the room

Stoic and compose, without saying much word

Mask his lethargy with simple gesture

Sit comfortably in silent at the sidelines

Don't get him wrong... He pleasantly with silence

Enjoying himself despite being invisible to the world




He's largely avoided the limelight

He share ideas but he doesn't want to be the loudest

But it's not always about staying quiet 

It's not about indecisive

But it's about find out what's right than about being right


He talk slowly and carefully 

Softly but firmly in his quite confidence

He never waste time sizing up people

He sure that saying no or don't know doesn't makes him look small

And prefer to give others the freedom to be thoughtful

Or he will still silent until the time to fight


He's so awesome but not really trying to be

But he's not hurting anyone by being awesome :)

He can prove a hard truth in a soft way

He just go where his heart take him


Some people might feel safe to be around him

Because they again see him as a trustworthy

Listening and responding

Deeply and thoughtfully

Radiate and gravitate

As the greatest strength 

Tuesday, February 11, 2025

Perbekalan Terbaik

 

Aku pikir selama ini aku sibuk. Ternyata, aku hanya sok sibuk. Sadar, banyak hal sudah aku lewatkan.


Melihat teman-teman yang sama-sama tarbiyah sejak awal, sewaktu di Surabaya, apalagi jaman kuliah dulu, duh ! mereka sudah melesat jauh dariku. Akhlaknya, ilmunya, hafalan Qur'annya, penampilannya. Jangan tanya bagaimana aku lah, yaaa. Murobbi-ku dulu, Mbak Fitri bundanya Mas Azzam, bagaimana kabarnya, ya ? Beberapa tahun terlewat begitu saja sebab memberatkan pekerjaan rumah yang selalu berkejaran dengan kedipan mata. Diri yang sering terbuai oleh kesenangan hidup. Tenggelam dalam riuh dunia hingga lalai dan abai. Sampai lupa kalau aku punya mimpi ingin membangun rumah di Surga.



Segala puji hanya untuk Allah. Dua tahun lalu, aku memberanikan diri untuk mulai melangkah lagi. Aku coba ketuk perlahan. Biidznillah, Allah bukakan lagi pintunya. Tempat dimana aku bisa belajar lagi. Aku berpikir, jika Diba yang masih duduk di taman kanak-kanak saja berani untuk mulai menghafal, mengapa aku sebagai ibunya tak turut mengusahakannya ? Lalu pelan-pelan kuperbaiki pula niat ini. Mengingat dan mengevaluasi kembali semua kealpaan dimasa lalu bersama takdir-takdir terbaik yang pernah Allah beri. Sebagai langkah tholabul ilmi untuk bekal melaksanakan amalan.


Beberapa kali, undangan kajian masuk dalam pesan whatsapp. Inginnya bisa menghadiri semuanya. Sayang, seringkali kalah dengan lelah. Baru bisa pergi kajian ke tempat-tempat yang dekat dengan rumah. Kajian di sekolah Diba, salah satunya. Saat mama-mama yang lain dengan mudah datang seorang diri, aku justu datang bersama si bungsu, sebab aku tak bisa meninggalkannya sendirian di rumah. Banyak kekhawatiran kalau-kalau dia tak nyaman duduk berlama-lama. Tapi, Masya Allah. Beberapa kali datang kajian, terkadang ia duduk dipangkuanku dengan tenang tanpa menangis atau dia justru tertidur.


(Related Post : Memorizing Qur'an )


Hari ini, aku datang kembali ke tempat yang sama. Dan takwa menjadi bahan perbincangannya. Melihat mama-mama yang lain datang dengan semangat, tekadku juga semakin kuat. 


Sharing Session


Seminar Parenting 


Sederhananya, takwa adalah sebuah keyakinan penuh tanpa tapi. Sebuah sikap penjagaan diri seorang hamba dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tentu mudah ku ucapkan, tapi belum tentu mudah ku amalkan. Butuh komitmen yang harus terus menerus diupayakan dan dijaga, khususnya dalam peribadatan kepada Allah, seperti tujuan awal penciptaan kita. Bahkan, Allah sendiri yang memberi jaminan kepada pribadi-pribadi yang bertakwa bahwa ia akan mendapatkan solusi dari setiap masalahnya dan juga mendapat rizki dari arah yang tak terduga. Ia akan diberi ketenangan meskipun sedang menghadapi urusan dunia yang tak ada habisnya. Allah akan muliakan dirinya atas kesabarannya. Allah akan karuniakan pahala kesabaran atas ketakwaannya.


Sementara bagiku, takwa itu sangat personal. Aku tak punya privilege untuk menilai takwa manusia lain, tetapi aku tetap bisa mengupayakannya. Untuk diriku, kedua orang tuaku dan keluarga kecilku. Ikhtiar yang akan aku upayakan sepanjang usia. 


Sebab, aku merasa beruntung menjalani dewasa dimasa kini. Betapa luasnya ilmu Allah. Dapat kita temukan dimana saja. Semuanya relatable dengan kehidupan yang manusia jalani. Sebagai seorang ibu, semakin ku sadari pula bahwa mendidik anak tanpa landasan agama dan akidah yang baik, kita akan sulit menjadi orang tua yang kuat. Tinggal bagaimana kita belajar 'membaca peta' agar tak sesat dalam rimba informasi. Terus menerus perbaiki niat dan intens membaca sumber-sumber pengetahuan utama yaitu Al-Qur'an & Siroh yang isinya adalah lautan ilmu. Menghadiri kajian agar hari-hari penuh demi menghidupkan kembali spiritual awakening  dalam diri. 


Mari kita upayakan Living in The Zen Life itu. Kesibukan tak boleh membuat kita lupa tugas kita sebagai hamba. Tak perlu menunggu diri sempurna untuk mulai mempersiapkan perbekalan terbaik. Semoga Allah senantiasa membuat diri kita istiqomah di atas jalan-jalan yang Dia sukai. Memudahkan kita bertakwa sampai akhir usia. Hingga mimpi indah itu bermanifestasi menjadi Surga yang nyata ~


“Dan berbekallah, sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS. Al-Baqarah 197)