Pengalaman pertama selalu lebih kuat merekam kenangan
Aku sudah mengaguminya sejak kelahirannya...
~ Hadiah Paling Manis ~ |
Ya, dia adalah cerita dan cinta pertama. Kabar gembira sekaligus pergulatan menghadapi rasa cemas untuk pertama kali bagi ayahnya dan aku ibunya. Sejak Pemilik Semesta mempersilahkannya hadir ke dunia, ia menjadi pengalaman pertama yang membuat kami mengambil banyak pelajaran. Doa yang ayahnya panjatkan, doa yang aku langitkan, doa dari banyak orang yang dihadiahkan untuknya, doa-doa yang sampai ke telinganya menjelma menjadi ekspektasi tanpa jeda. Dia, si anak pertama yang menjalani hari-hari penuh perhatian. Meskipun ia justru tumbuh dan belajar banyak hal sendirian.
Senyum itu merekah ketika si adik lahir, sebab ia tahu akan punya teman bermain. Barangkali, ia tak pernah berpikir sedikit pun bahwa keadaan akan berubah. Hari-hari yang penuh perhatian, sejak saat itu harus rela ia bagi. Hari-harinya tak hanya menjadi ramai, tetapi juga penuh uji nyali. Ia harus berbagi mainannya, ia harus berbagi makanan kesukaannya. Suara keras ibunya saban hari bagai menembus lapisan teratas bumi, hanya untuk memintanya mengalah dan memahami adik.
Dia, si anak pertama yang lebih banyak menyimpan perasaannya sendiri. Bukan pendiam, tetapi memang tak pernah terang-terangan menyuarakan keinginannya. Ia amati semua dalam diam dan tetap ia upayakan sendiri. Pernah suatu ketika hujan turun cukup deras, dia ingin Magrib di masjid seperti biasanya dan aku melarangnya pergi sendiri. Hatinya mungkin jadi sedikit rapuh, sebab yang ingin ia tuju belum sampai. Setengah jam kemudian, aku melihat payung kecilnya basah. Rupanya ia tetap pergi diam-diam. Seringkali juga, suara air mengalir dan denting piring terdengar dari dapur, eh ternyata dia belajar mencuci piringnya sendiri sambil menjinjit. Seolah ingin membuktikan bahwa ia bisa melampaui batasan dalam dirinya.
Dia, si anak pertama yang sedari kecil tertarik dengan warna. Momen ulang tahun yang kedua adalah pertama kalinya ia memegang bermacam peralatan menggambar dan mewarnai. Ia juga senang mandi hujan dan berlarian kesana kemari seperti anak-anak lainnya. Satu setengah tahun belakangan, ia sedang berupaya menghafal Juz Amma, tanpa pernah berucap ingin menjadi apa. Sudah lebih dua puluh lima Surah. Sebuah hadiah paling manis yang ia berikan untuk ayah ibunya.
~ Dia yang selalu 'mewarnai' hari-hari Ayah & Ibunya ~ |
~ Kue Cantik untuk Si Anak Manis yang Wisuda Tahfidz ~ |
Selama enam tahun, ia tumbuh dalam kesederhanaan dan pembiasaan dalam kondisi apapun. Ternyata ia lebih kuat dari yang ku duga. Si pengamat paling ulung dan representasi kakak yang galak ! Ya, dia adalah rival terbaik bagi adiknya. Kadang akur, banyak usilnya. Anak pertama yang sering diajak bicara serius oleh ibunya meskipun ia masih terlalu kecil untuk memahaminya. Mungkin, aku tak selalu pandai memahami pikirannya, tapi yang aku tahu pasti, dia adalah anak pertama yang paham betul atas apa-apa yang ia mau. Dan itu mengagumkan !
Hari-hari bergulir menuju tanggal ini : dua puluh. Di Jumat minggu ketiga Desember tahun ini menjadi penanda usianya yang kini enam.
Untukmu, Faradiba, yang telah memberi banyak : Semoga Pemilik Semesta selalu menjagamu, memberkahimu dengan kesehatan yang prima dan kasih sayang yang berlimpah, juga memberimu banyak kebaikan sepanjang usia ~
(Hari Ibu, 22 Desember 2024)