بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Even The Prophet Muhammad, the greatest people all off time, the honest person who was perfect everything in life and had the best moral values, was hated on :)
Setiap manusia berjalan di atas pilihan-pilihannya. Aku percaya, kita semua sama-sama berjalan menuju sesuatu yang punya ujung kebaikan dan ketenangan. Yang menjadikannya berbeda adalah penerimaan Allah SWT atas apa-apa yang sudah kita usahakan untuk mencapainya.
Ku rasa benar, bahwa penerimaan manusia tidak lah selalu baik. It just to gain happiness. Tapi, nggak selamanya bikin hati damai. Apalagi jika ternyata hal-hal yang paling keras kita perjuangkan, justru berakhir tidak sesuai dengan inginnya kita. Ada rasa malu. Ada bagian hati yang keras menolak, ada ego yang berteriak.
Iya, aku tahu, sebenarnya kita semua punya mimpi yang sama. Sebab itu aku memang perlu belajar kembali satu hal sederhana yang sesungguhnya sudah kuketahui : teruslah bertumbuh menjadi sebaik-baik manusia.
Praying, charity, take time to focus on the Qur'an & understand what's written on it, seek knowledge of deen, try to level up in every aspect in life, clean heart daily, avoid careless mistakes, remembering Allah in every situation.
Don't hurt anybody, treating others with kindness especially families & friends, respect to our teacher, make peace with everyone around. Don't forget to love ourselves
Kata mereka, banyak jalannya. Barangkali, semakin banyak manusia memiliki perbendaharaan, semakin banyak sedekah yang bisa dikeluarkan, semakin besar juga kebermanfaatan yang bisa disebarkan. Semakin banyak & tinggi ilmu yang manusia terima, semakin besar juga amanah untuk menyampaikannya. Maka, berjuanglah untuk sesuatu yang punya nilai di sisi Nya. Dengan jalan-jalan yang Allah suka tentunya.
Semua akan baik-baik saja sekalipun tak ada manusia lain yang mengetahuinya. Hanya semesta dan Sang Pencipta yang jadi saksinya.
Namun, menghadapkan jiwa dengan sepenuh hati pada Nya itu tak pernah mudah. Memurnikan keikhlasan itu sungguh sulit luar biasa. Kadang lelah, banyak lengah. Suka buru-buru. Sedikit diam, banyak ngedumelnya. Kadang sebal sama diri sendiri, lemah amat ! Suka merasa kecil. Namun, terkadang sesekali ingin terlihat & dilihat. Masih suka membandingkan pencapaian & bergelut dengan kekhawatiran. Kadang suka merasa apa yang telah dilakukan belum cukup, tapi di sisi lain juga ingin menyeimbangkan kesenangan hidup.
Memang hidup tak akan ada yang sesempurna keinginan. Prosesnya tak selalu berjalan lurus. Melelahkan, mendebarkan. Satu-satunya yang mampu menguatkan, menenangkan dan membuat segala sesuatunya menjadi penuh hikmah adalah prasangka baik. Bahwa aku tak pernah benar-benar berjuang sendirian. Semuanya sama, hanya jalannya saja yang berbeda.
Sebab itulah, aku merasa butuh banyak-banyak mengingat Nya. Jika yakin cinta Allah sudah memenuhi ruang di hati, penerimaan manusia bukan lagi sesuatu yang istimewa. Bukan lagi yang utama. Sekalipun ada yang tidak mengerti makna kebaikan kita, sekalipun ada yang tidak menyukai, hati akan tenang sebab yakin selalu ada Allah di sisi. Bukankah kasih sayang Allah jauh lebih pantas memenuhi kalbu ?
Mencari jawabannya kemana-mana, melihat ke dalam diri, pada akhirnya, semua bermuara pada Allah. Ketenangan hati ada dalam ketaatan pada Nya.
Laa Hawlaa Wa Laa Quwwatta Illa Billaah ~