Sebetulnya, kami berdua ini mamusia-manusia yang pedenya gede banget. Yakin bahwa takdir selalu erat kaitannya dengan kehendak Sang Maha dan Ia tak akan mungkin mengecewakan kita. Apapun yang tak dikehendaki oleh-Nya, gimana pun kerasnya usaha kita, yaaa nggak akan pernah terlaksana.
(Baca juga ya : Anak Kedua & Cerita di balik Kelahirannya)
Kami berdua sadar, terlepas kapan dan bagaimana, manusia tetap berkewajiban untuk ikhtiar. Sebagai calon ayah dan ibu, aku & pak suami selalu berusaha memperhatikan setiap makanan yang masuk ke tubuh. Nggak boleh sembarangan.
Aku rutin mengonsumsi susu pra kehamilan dan pak suami selalu mengkonsumsi air hangat campur madu yang sebetulnya sudah rutin ia jalani bahkan sebelum kami menikah. Kami juga rutin mengkonsumsi kurma dan pisang. Dan yang paling penting, apapun makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh tak lupa diniatkan untuk kebaikan si baby.
Selain mengonsumsi makanan yang baik, ada ikhtiar khusus yang sejujurnya lebih senang kami bagi disini. Jadi, ketika ada pejuang dua garis biru yang bertanya, ikhtiar seperti apa yang udah kami lakukan, maka dengan penuh keyakinan akan kami jawab dengan : Istighfar sebanyak-banyaknya. Sebab kita tak pernah tau kesalahan-kesalahan apa yang sudah kita perbuat di masa lalu yang ternyata jadi penutup jalan rizki berupa nikmat seorang anak.
Lakuin apapun yang Ia suka. Perbanyak Istighfar. Baca dan dengarkan Al-qur'an agar hati lebih tenang. Kencengin doa karena nggak ada satu pun permohonan seorang hamba yang luput dari pendengaran-Nya :)
Positif Hamil
Hingga suatu hari di minggu ketiga April 2018, akhirnya dua garis yang kami tunggu-tunggu itu muncul juga, alhamdulillah. Karena masih belum percaya, nggak boleh gede rasa dooong. Nggak mau buru-buru periksa ke dokter kandungan. Cemas kalo ternyata hasilnya salah, kami memutuskan untuk menunggu satu minggu lagi, untuk test kembali. Dan hasilnya pun tetap sama, dua garis tebal :))
Pengalaman Pertama USG
Nah, untuk keperluan USG, aku dapat rekomendasi dokter perempuan (yang sesuai kriteriaku) dari adik ipar yang bekerja dibidang medis. Akhirnya aku dan pak suami sepakat untuk cek kandungan oleh dr. Murtiningsih, Sp.OG, di klinik pribadi beliau, Klinik Utama Sri Murti Husada Solo, yang kebetulan lokasinya dekat dengan rumah.
Untuk jadwal USG, kami sesuaikan dengan jadwal praktik Dokter Murti dan jadwal libur pak suami. Berhubung baru pertama kali cek kandungan, kami datang tanpa membuat appointment sebelumnya. Datang kira-kira pukul 08.30 pagi dan ternyata antreannya sudah membludak ! Aku daftar dan diarahkan oleh mbak bidan untuk menimbang berat badan dan mengukur tekanan darah, kemudian aku diberi semacam handbook untuk catatan medis kehamilan. Setelah satu jam menunggu, akhirnya namaku pun dipanggil untuk masuk ke ruangan.
Sebelum di USG, perutku diberi semacam jelly oleh Bu Dokter, kemudian alat USG digerak-gerakkan di atas perut. Dengan layar monitor yang berada tepat di depanku dan penjelasan dari Bu Dokter, terlihat jelas bagaimana kondisi, usia, dan detak jantung si janin.
Semua hasil test dan USG dilampirkan pada handbook kehamilan yang diberi oleh mbak bidan tadi. Lalu aku diberi surat pengantar untuk test darah hepatitis B oleh Bu Dokter. Bu Dokter juga nggak lupa memberi oleh-oleh resep multivitamin kehamilan dan asam folat untuk dikonsumsi tiap hari dan dijadwalkan untuk periksa kembali satu bulan kemudian.
Menjalani Kehamilan Pertama dengan Bahagia
Hal yang aku dan pak suami lakukan setelah tau soal kabar kehamilan adalah justru berusaha meredam rasa bahagia. Bahagia yang amat sangat meluap, karena ini kehamilan pertama. Masih begitu banyak pertanyaan dan perasaan campur aduk. Yang jelas kami berdua langsung berdoa. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Sang Pencipta Kehidupan.
Bersyukur, Allah karuniakan pula kemudahan dalam kehamilan ini. Nggak mengalami drama kehamilan apa-apa dan nyaris nggak mengalami perubahan apapun. Kecuali tubuh yang bertambah lebar dan kepayahan akibat punggung yang sering bertambah pegal. Tiap hari masih beraktifitas seperti biasa. Lebaran kemarin juga mudik dengan pesawat terbang dan aman-aman aja. Mual, muntah, nggak nafsu makan, ngidam, nggak terjadi sama sekali.
Sebab, selain support dari ayah dan juga pak suami, jauh di lubuk hati yang paling dalam, mengatakan : aku pasti akan baik-baik saja.
Rasanya menjalani kehamilan jadi tenaaaaaang sekali ~