Ngobrol seputar finansial memang selalu jadi isu paling sensitif bagi beberapa orang, termasuk dengan pasangan sendiri. Terutama soal penghasilan. Meski sebenarnya nggak ada salahnya juga untuk dibahas. Namanya juga hidup bareng, ya suka nggak suka harus bisa ngobrolin penghasilan dan pengeluaran tanpa gelut, dong ~
Sejak awal menikah, saya dan suami sangat transparan soal keuangan. Barangkali ada beberapa pasangan yang tidak cukup terbuka untuk hal yang satu ini. Padahal menyembunyikan sesuatu dari pasangan tuh bikin capek, lhooo. Sebab, bagi saya, persoalan keuangan dalam rumah tangga tak hanya berada di pundak suami atau hanya jadi tugas istri saja, melainkan tugas dan tanggung jawab bersama. Sehingga, terbuka itu penting. Mulai dari nominal gaji, income dari side job, list pengeluaran, harta bawaan, harta bersama, sampai harta perolehan. Loooh, loooh, berat ! Hahahaaa ~
Maka dari itu, awal bulan selalu jadi moment paling asyik kalo ingin ngobrolin soal keuangan. Suasananya masih adem. Ya iyalaaah saldo rekening baru nambah :))
Bahas Anggaran Pengeluaran
Selain keterbukaan, soal pengeluaran itu butuh kompromi, kesepakatan, dan kepastian. Soal gaji, udah pasti saling tau. Termasuk uang jajan yang saya dapat dari blog :)
Ngobrolin yang paling utama dulu, yuk. Kepastian dan kesepakatan berapa nominal yang akan suami beri sebagai nafkah. Kenapa nominal butuh kepastian ? (Emangnya nikah doang yang butuh kepastian *wink*)
Supaya bisa disiplin ngatur anggaran, nggak kebablasan yang akhirnya malah justru menuntut lebih. Jangan sampai gara-gara tuntutan yang berlebih itu, buat suami kita jadi melakukan berbagai cara yang nggak baik untuk menggenapi kekurangannya.
Biasanya alokasi budget kami seperti ini :
- Pengeluaran rutin (keperluan rumah tangga, keperluan anak, transportasi, kesehatan, infak sodaqoh, dll). Kalo ini, pembagian perannya menyesuaikan. Siapa yang bayar apa biasanya autopilot.
- Pengeluaran pribadi (belanja buku, jajan di mall, beli sneakers, makan di luar bareng teman, dll). Nah, kalo untuk pengeluaran pribadi gini yang penting realistis dan nggak over budget aja.
- Pengeluaran darurat (dana tak terduga semisal harus nyiapin amplop atau beli kado untuk datang ke nikahan teman, ada teman yang butuh bantuan kita, dll)
Terbuka dan Sepakat
Seperti yang saya bilang diawal, saya dan suami sangat transparan soal keuangan. Bahkan sebelum menikah pun, kami udah saling tau kondisi keuangan masing-masing. Walo terbuka tapi soal keuangan tetap harus jadi rahasia berdua. Apapun yang terjadi dengan kondisi keuangan kami berdua, nggak perlu harus diumbar ke keluarga apalagi sampai ke telinga tetangga ! Nggak juga harus detail ngasih tau makan siang dimana, pakai lauk apa, dan berapa harganya, rempong nggak sih kalo harus begitu, hehe...
Kalo kami, nih. Daripada menghalangi satu sama lain belanja, baiknya jujur-jujuran aja. Paham prioritas bersama dan menghargai keinginan masing-masing. Saya selalu minta pertimbangan ke suami kalo ingin membeli sesuatu yang harganya nggak main-main. Begitupun suami ketika menganggarkan untuk belanja aksesoris kendaraannya, ia juga akan bilang hal yang sama. Bedanya, ia baru cerita ke saya setelah kunjungan rahasianya ke bengkel selesai ! Wkwk, dasar lelaki ~
Yap... ngobrol perihal finansial bareng pasangan tuh (hanya) soal kompromi, keterbukaan, dan kesepakatan. Alokasi budget seperti yang saya bahas di atas sebenarnya juga banyak dipakai teman-teman lain. Kelihatannya simple, yaa. Prakteknya ? Nggak semudah itu, Fergusoooo. Hahahaaa...
Yang penting belajar terus disiplin ngatur anggaran. Nggak lupa doa dan ikhtiar agar dicukupkan selalu rejekinya :)