Wednesday, November 20, 2024

Birthday : A Time to Contemplate

 

Let's start with this : no one would buy a cake for everyday. But, most of the time, beautiful cake has a special way of creating a joy. It represents the joy and sweetness of life, especially for her. It isn't about a celebration, but it's about how she associate her emotions with it. Because It brings her favorite people together. Especially for the moment of Eid Al-Fitri or birthday, the most favorite day in her life.


Thinking about those day in her life, she knows what she truly needed - a time to contemplate. Taking time to pause. Let herself feel deep. Re-evaluate everything. Every part of her life. How her relationship with Allah SWT, how her relationship with family, how her relationship with other people. Contemplate her own fault. Contemplate how blessed she is for all the good friends in her life. Contemplate how grateful she is for the hard lessons and the wonderful memories in life. 


It was Wednesday, the 20nd of November

The Day when Her Creator Choose for Her


~ Birthday Cake, surprise from My Lovely Sister, Mbak Amar ~


~ Jazakillahu khoir for the surprise & the friendship. 12 years and forever ~


Aku tak pernah sekalipun menceritakannya. Bukan, bukan karena dia tak istimewa. Justru karena ketulusan atas semua kebaikannya tak bisa ku gambarkan dengan apapun. Sudah berapa purnama yang ia lewatkan bersamaku meskipun kami sempat beberapa tahun terpisah jauh. Dua belas tahun bagiku bukan waktu yang sebentar untuk saling mengetahui dan memahami satu sama lain. Menerima diri yang biasa-biasa saja ini. Termasuk mengenal dan mencintai keluargaku. Dia yang juga menyayangi anak-anak dengan hati dan jiwanya ~



~ With my bodyguard ~


Sometimes, she's still somehow strangely nostalgic for the old days, where life was simple and quiet, where life was cute and beautiful like her favorite cake. The days where she could find peace in every pages books she read. Also the days where she made a super big mistakes.


But, all of it, has brought her to this moment, today. The miracles to describe how Allah SWT really loves her. To guide her being a better mom and a better Muslim. 


May this day raise brightly, this year beautifully and life be blessed eternally (like her husband said)


Eat the cake with great pleasure, said "Aamiin" to every doa and enjoy the day with the heart full of Alhamdulillah ~

Monday, November 11, 2024

Rediscovering Sisterhood. Let's Go Higher and Deeper ~

 

My Dear Gorgeous Sister...


~ Bestie ~


~ Sister Fillah until Jannah ~



Thank you for coming into my life. I choose you and thank you for choosing me too. No, no, not because we often meet and connected. Not because our life partner is a workmate. Not because we always agree on everything. Not because we have the same opinion or personalities. But because our interests allow us to forge bond based on something much more deeper. I want all of you, be a paragraph in my life's stories I want to be remembered. To see the world on similar lenses. 



I remember the moment when we first met at an Iftaar gathering event on the last week of March. The moment we reconnect in the second met at Segoro Gunung on September. It's really a bonding experience. Of course we immediately clicked over our shared profession as a wife, lol. From the little seeds and then blossom. Naturally gravitates toward you for some reasons that I can’t explain. Share things in real life. Even the real profession of our lives looked pretty different :


Mbak Yaya, a lovable lecturer, four years younger than me. Mbak Chekly, a cheerful candidate for head of village, two years younger than me. Mbak Nisa, a bright spark teacher, three years older than me. And me... a little poetristic housewife.


We came from different level of age, but all of you and I both were appropriate


I know for real, it takes a lot of times to built strong bond and not always easy to make friends in adulthood. It's difficult to grow with some people if we're both growing in opposite paths. But I often hear that we will be friends with those whom our souls recognize. And I just want a friend who support me on my relationship with Allah. True friends that love and remind each others of Allah SWT. 



~ Little Miracle that Allah SWT Puts in My Life ~






Alhamdulillah ! We achieved the seemingly unachievable. We've learned how to stay close. Trying to understand each other's perspective and known on deeper level. Feel joy and comfort in each other's talk. Express our deepest thoughts. Making some plans into action. I see the full effort all of you put in. The kindness that you show me in a warm ways. Set out to meet, look out for each other, to listen and see where it goes in a simple-beautiful ways.


Sometimes, all woman needs is an ear to listen. We did it. But, you know, more than that, I'm grateful our values are aligned : Tawakkul as copying mechanism in friendship. Truly believe that the ones worth keeping around are those who makes us to be a better Muslim and human being. I can find parts of myself and still have fun with you. And the most important thing, it isn't just one-sided thing :)


Maybe... Someday... We're not made for deep conversations. We're making mistakes and heartbreaks. Unawareness or self-centerness at times. But, I always hope we learn from those experience, talk about it well, practice forgiveness and grow as a person.



Ya Allah... Anugerahilah kami hati yang bisa mencintai teman-teman kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu {Ibnu Umar}



With you... My girls who I cherish and admire. My girls who loves me for the same reason. My girls who value me for who I am. I love you for the sake of Allah ~


Wednesday, November 6, 2024

Kembali ke Alam

 

Pergi ke alam, walaupun sebentar, ternyata cukup ampuh menjadi terapi untuk menenangkan diri dari berbagai kesibukan tanpa jeda. Keinginan itu akhirnya terpenuhi sebulan lalu ketika kami berplesir ke kediaman salah satu teman di Desa Segoro Gunung, Karanganyar.





Segoro Gunung


Kami sampai ketika waktu menunjukkan pukul sebelas lebih, hampir mendekati Dhuhur. Ajaibnya, udara masih terasa sejuk dan segar. Tak ada bising motor kebut-kebutan. Aku sempat berkeliling sebentar. Suasananya mirip-mirip dengan desa tempat tinggal ayah selepas pensiun. Lingkungannya terasa hidup, hijau-hijau sejauh mata memandang. Vibes-nya seperti game Harvest Moon. Sebagai orang yang dikit-dikit gobyosan, di sini aku merasa bisa bernafas dan bergerak dengan lebih leluasa.






Lihat hamparan langit di belakang atas kita ~






Orang-orang di Desa Segoro Gunung, rupanya terbiasa menghadirkan makanan sehari-hari dari bahan mentah yang dihasilkan sendiri dengan bercocok tanam atau berkebun di pekarangan rumah. Ada pula yang bertani bersama kelompok lain. Pagi-pagi sekali, mereka sudah berangkat dengan membawa bekal. Karena berada pada dataran tinggi, sayur mayur bertumbuh baik di sini. Beberapa hasilnya seperti kentang, tomat, wortel, kubis, kol, buncis, sawi, daun bawang dan lainnya, mereka sulap menjadi menu makanan untuk disantap bareng keluarga. Sangking berlimpahnya, boleh ku tebak, mereka tak mungkin mengalami defisit bahan makanan. 


Terlepas dari problematika yang mereka hadapi yang barangkali aku tidak tahu, bagiku, merekalah garda terdepan pelestari alam. Sebab, merekalah orang-orang yang hidup berdampingan dengan alam. Merekalah orang-orang yang terlibat langsung dengan produksi bahan makanan kita. Merekalah petani-petani sayur yang survive memanfaatkan lingkungan di sekitarnya. Air alam betul-betul dimanfaatkan untuk mengairi lahan dan menyirami sayur mayurnya. Kalau sedang tidak punya stok sayur, mereka biasa langsung nyuwun ke tetangga. Seperti yang diceritakan oleh ibu teman kami. 


Di sisi kehidupan yang lain, hidup di desa ternyata juga tidak sesederhana isi kepalaku. Waktu si Ibu bercerita soal ini, seketika aku jadi teringat cerita ayah yang sama persis. Hajatan bukanlah perkara sepele. Rangkaian acaranya bisa memakan waktu berhari-hari. Tetangga sudah seperti keluarga sendiri. Jadi, kapan pun tetangga punya acara, kita harus siap jadi sobat rewang. Seperti ketika tetangga depan rumah si ibu punya hajatan. Dan, nyatanya, mereka benar-benar tak keberatan sama sekali untuk itu. Senang-senang saja. 


Tepat setelah Dhuhur, Ibu sudah menyuruh kami masuk rumah untuk makan siang. Sop daging sapi, tempe mendoan, ayam goreng plus sambal dan lalapannya sudah melambai-lambai di depan mata. Tak perlu ditanya lagi bagaimana enaknya. Gasss pwoool. Mau nambah, malu, hwahaha. Feel-nya benar-benar berasa dapat banget sebab tahu semua bahan-bahannya dari hasil kebun yang diolah sendiri.


Pesta Sop Daging & Mendoan ~


Tak hanya bahagiaku yang bertumbuh. Plesiran kali ini juga membuka mataku soal kehidupan petani sayur mayur. Waktu kami berpamitan pulang, beliau sibuk membekali kami dengan seplastik penuh oleh-oleh. Tebak isinya apa ? Iya guys... sayur mayur. Untuk pertama kalinya, plesiran, membawa pulang oleh-oleh hasil bumi.




Semoga, sepanjang tahun, tak ada jeda untuk membiarkan lahan terbengkalai tanpa tanaman sayur mayur yang tumbuh subur, di sini ~

Tuesday, November 5, 2024

Mencintai Tanpa Batas

 

Ada makhluk-makhluk kecil menggemaskan yang Allah hadirkan untukku. Mereka yang ada di sampingku tiap kali ku membuka mata. Allah titipkan mereka, agar aku memiliki sabar yang semakin lapang, syukur yang semakin luas, agar rasa cukup sebagai sebuah keluarga memenuhi ruang-ruang dihati.




Farabiy's Day


Kue dari Tante Amar


Cute Little Cake


Mereka yang Allah izinkan bertumbuh baik bersama ayah dan ibu dengan berjuta ketidaksempurnaan. Mereka yang selalu kembali dalam dekapan meskipun ibunya sering kali bermain dengannya dalam kelelahan dan sesenggukan. Seolah ingin bilang "menangislah bila itu melegakan ibu, ibu tak harus selalu sekuat itu, cukuplah dengan selalu menemani kita..."


Mereka yang menemani sepanjang hari. Si kakak yang ketika lihat lelah ibunya, dengan senang hati menawarkan bantuan. Si adik yang ceria dan sudah mulai punya banyak kosakata. Alih-alih menjadi teladan, aku yang justru belajar banyak sekali tentang cinta tanpa batas dan ketulusan dari keduanya. Entah bagaimana cara agar mereka tahu aku menyayanginya. Barangkali, protektif dan galak tidak pas bila disebut bahasa cinta. Tapi, sungguh, aku lakukan agar Allah jaga selalu mereka. Agar mereka selalu berjalan bersama apa-apa yang Allah suka. Agar Allah ridho terhadap perjalanan hidup mereka.


Aku yang sebagai ibu sering kali merasa sedikit ilmu dan sering lupa untuk percaya pada diriku sendiri, merasa doa lah yang paling ampuh mengetuk langit dan membuka pintu-pintu kebaikan untuk mereka.


Dan di antara doa-doa untuk mereka yang sampai pada kami hari ini, sungguh aku mengaminkannya dalam hati.


Selamat tiga tahun, anak ibuk, Farabiy E. Ardipo ~



Saturday, October 19, 2024

Tenang Berproses

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Even The Prophet Muhammad, the greatest people all off time, the honest person who was perfect everything in life and had the best moral values, was hated on :)





Setiap manusia berjalan di atas pilihan-pilihannya. Aku percaya, kita semua sama-sama berjalan menuju sesuatu yang punya ujung kebaikan dan ketenangan. Yang menjadikannya berbeda adalah penerimaan Allah SWT atas apa-apa yang sudah kita usahakan untuk mencapainya.


Ku rasa benar, bahwa penerimaan manusia tidak lah selalu baik. It just to gain happiness. Tapi, nggak selamanya bikin hati damai. Apalagi jika ternyata hal-hal yang paling keras kita perjuangkan, justru berakhir tidak sesuai dengan inginnya kita. Ada rasa malu. Ada bagian hati yang keras menolak, ada ego yang berteriak.


Iya, aku tahu, sebenarnya kita semua punya mimpi yang sama. Sebab itu aku memang perlu belajar kembali satu hal sederhana yang sesungguhnya sudah kuketahui : teruslah bertumbuh menjadi sebaik-baik manusia.


Praying, charity, take time to focus on the Qur'an & understand what's written on it, seek knowledge of deen, try to level up in every aspect in life, clean heart daily, avoid careless mistakes, remembering Allah in every situation.


Don't hurt anybody, treating others with kindness especially families & friends, respect to our teacher, make peace with everyone around. Don't forget to love ourselves


Kata mereka, banyak jalannya. Barangkali, semakin banyak manusia memiliki perbendaharaan, semakin banyak sedekah yang bisa dikeluarkan, semakin besar juga kebermanfaatan yang bisa disebarkan. Semakin banyak & tinggi ilmu yang manusia terima, semakin besar juga amanah untuk menyampaikannya. Maka, berjuanglah untuk sesuatu yang punya nilai di sisi Nya. Dengan jalan-jalan yang Allah suka tentunya.


Semua akan baik-baik saja sekalipun tak ada manusia lain yang mengetahuinya. Hanya semesta dan Sang Pencipta yang jadi saksinya. 


Namun, menghadapkan jiwa dengan sepenuh hati pada Nya itu tak pernah mudah. Memurnikan keikhlasan itu sungguh sulit luar biasa. Kadang lelah, banyak lengah. Suka buru-buru. Sedikit diam, banyak ngedumelnya. Kadang sebal sama diri sendiri, lemah amat ! Suka merasa kecil. Namun, terkadang sesekali ingin terlihat & dilihat. Masih suka membandingkan pencapaian & bergelut dengan kekhawatiran. Kadang suka merasa apa yang telah dilakukan belum cukup, tapi di sisi lain juga ingin menyeimbangkan kesenangan hidup.


Memang hidup tak akan ada yang sesempurna keinginan. Prosesnya tak selalu berjalan lurus. Melelahkan, mendebarkan. Satu-satunya yang mampu menguatkan, menenangkan dan membuat segala sesuatunya menjadi penuh hikmah adalah prasangka baik. Bahwa aku tak pernah benar-benar berjuang sendirian. Semuanya sama, hanya jalannya saja yang berbeda.


Sebab itulah, aku merasa butuh banyak-banyak mengingat Nya. Jika yakin cinta Allah sudah memenuhi ruang di hati, penerimaan manusia bukan lagi sesuatu yang istimewa. Bukan lagi yang utama. Sekalipun ada yang tidak mengerti makna kebaikan kita, sekalipun ada yang tidak menyukai, hati akan tenang sebab yakin selalu ada Allah di sisi.  Bukankah kasih sayang Allah jauh lebih pantas memenuhi kalbu ?


Mencari jawabannya kemana-mana, melihat ke dalam diri, pada akhirnya, semua bermuara pada Allah. Ketenangan hati ada dalam ketaatan pada Nya. 


Laa Hawlaa Wa Laa Quwwatta Illa Billaah ~