Wednesday, March 5, 2025

Ramadan The Gift and The Catalyst For Change

 

Hadiah itu bernama Ramadan

Waktu dimana doa-doa dapat mewujud dengan indah atas izin-Nya

Semua hamba menanti, namun ia akan berlalu dengan cepatnya





Ramadan, sebuah pemantik dimana alasan tindakan tak lagi terasa berat untuk dijalankan

Tak ada alasan untuk bermalas-malasan

Berkegiatan seperti biasa sembari berpuasa, tak lupa mendekat dan lebih dekat dengan Al-Qur'an, mengikuti kajian, menjaga lisan dan menjauhkan diri dari segala bentuk kekhilafan

Sebuah hadiah yang nilainya hanya dirimu dan Sang Maha yang tahu



Ramadan, bulan mulia diturunkannya Al-Qur'an

Untuk dibaca, diambil pelajaran darinya, direnungkan maknanya lalu diamalkan

Sebab, membacanya memberimu nilai personal dan mengamalkannya akan bernilai integral

Maslahatnya tak hanya dirasakan olehmu, melainkan juga orang-orang di sekelilingmu



Hay diri...  tak seharusnya hati merasa berat, sebab semua kawan muslim di segenap penjuru dunia berjuang untuk hal yang sama pula

Hanya terkadang, dunia dengan segala kesibukannya selalu jadi pembenaran atas sebuah keengganan

Kalau sudah begitu, bagaimana bisa menjadi manusia bertakwa dan mendamba Surga ?

Dasar aku... :(



Semoga, puasa ramadan dapat menjadi momentum perbaikan diri dan pengendalian diri terbaik

Sebab tak tahu akan berapa kali lagi diri ini akan diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengannya

Mempertahankan yang baik-baik untuk hari-hari setelahnya

Tak lagi sekedar menjaga mata dan telinga

Tak lagi remedial di level menahan lapar dan dahaga

Melainkan sudah naik ke level meningkatkan pemahaman Qur'an dan menambah amalan

Agar layak mendapatkan gelar terbaik yaitu manusia yang bertakwa


Tuesday, February 25, 2025

The Epitome of Quiet Confidence

 

Dress simply and didn't look flashy, he walk into the room

Stoic and compose, without saying much word

Mask his lethargy with simple gesture

Sit comfortably in silent at the sidelines

Don't get him wrong... He pleasantly with silence

Enjoying himself despite being invisible to the world




He's largely avoided the limelight

He share ideas but he doesn't want to be the loudest

But it's not always about staying quiet 

It's not about indecisive

But it's about find out what's right than about being right


He talk slowly and carefully 

Softly but firmly in his quite confidence

He never waste time sizing up people

He sure that saying no or don't know doesn't makes him look small

And prefer to give others the freedom to be thoughtful

Or he will still silent until the time to fight


He's so awesome but not really trying to be

But he's not hurting anyone by being awesome :)

He can prove a hard truth in a soft way

He just go where his heart take him


Some people might feel safe to be around him

Because they again see him as a trustworthy

Listening and responding

Deeply and thoughtfully

Radiate and gravitate

As the greatest strength 

Tuesday, February 11, 2025

Perbekalan Terbaik

 

Aku pikir selama ini aku sibuk. Ternyata, aku hanya sok sibuk. Sadar, banyak hal sudah aku lewatkan.


Melihat teman-teman yang sama-sama tarbiyah sejak awal, sewaktu di Surabaya, apalagi jaman kuliah dulu, duh ! mereka sudah melesat jauh dariku. Akhlaknya, ilmunya, hafalan Qur'annya, penampilannya. Jangan tanya bagaimana aku lah, yaaa. Murobbi-ku dulu, Mbak Fitri bundanya Mas Azzam, bagaimana kabarnya, ya ? Beberapa tahun terlewat begitu saja sebab memberatkan pekerjaan rumah yang selalu berkejaran dengan kedipan mata. Diri yang sering terbuai oleh kesenangan hidup. Tenggelam dalam riuh dunia hingga lalai dan abai. Sampai lupa kalau aku punya mimpi ingin membangun rumah di Surga.



Segala puji hanya untuk Allah. Dua tahun lalu, aku memberanikan diri untuk mulai melangkah lagi. Aku coba ketuk perlahan. Biidznillah, Allah bukakan lagi pintunya. Tempat dimana aku bisa belajar lagi. Aku berpikir, jika Diba yang masih duduk di taman kanak-kanak saja berani untuk mulai menghafal, mengapa aku sebagai ibunya tak turut mengusahakannya ? Lalu pelan-pelan kuperbaiki pula niat ini. Mengingat dan mengevaluasi kembali semua kealpaan dimasa lalu bersama takdir-takdir terbaik yang pernah Allah beri. Sebagai langkah tholabul ilmi untuk bekal melaksanakan amalan.


Beberapa kali, undangan kajian masuk dalam pesan whatsapp. Inginnya bisa menghadiri semuanya. Sayang, seringkali kalah dengan lelah. Baru bisa pergi kajian ke tempat-tempat yang dekat dengan rumah. Kajian di sekolah Diba, salah satunya. Saat mama-mama yang lain dengan mudah datang seorang diri, aku justu datang bersama si bungsu, sebab aku tak bisa meninggalkannya sendirian di rumah. Banyak kekhawatiran kalau-kalau dia tak nyaman duduk berlama-lama. Tapi, Masya Allah. Beberapa kali datang kajian, terkadang ia duduk dipangkuanku dengan tenang tanpa menangis atau dia justru tertidur.


(Related Post : Memorizing Qur'an )


Hari ini, aku datang kembali ke tempat yang sama. Dan takwa menjadi bahan perbincangannya. Melihat mama-mama yang lain datang dengan semangat, tekadku juga semakin kuat. 


Sharing Session


Seminar Parenting 


Sederhananya, takwa adalah sebuah keyakinan penuh tanpa tapi. Sebuah sikap penjagaan diri seorang hamba dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tentu mudah ku ucapkan, tapi belum tentu mudah ku amalkan. Butuh komitmen yang harus terus menerus diupayakan dan dijaga, khususnya dalam peribadatan kepada Allah, seperti tujuan awal penciptaan kita. Bahkan, Allah sendiri yang memberi jaminan kepada pribadi-pribadi yang bertakwa bahwa ia akan mendapatkan solusi dari setiap masalahnya dan juga mendapat rizki dari arah yang tak terduga. Ia akan diberi ketenangan meskipun sedang menghadapi urusan dunia yang tak ada habisnya. Allah akan muliakan dirinya atas kesabarannya. Allah akan karuniakan pahala kesabaran atas ketakwaannya.


Sementara bagiku, takwa itu sangat personal. Aku tak punya privilege untuk menilai takwa manusia lain, tetapi aku tetap bisa mengupayakannya. Untuk diriku, kedua orang tuaku dan keluarga kecilku. Ikhtiar yang akan aku upayakan sepanjang usia. 


Sebab, aku merasa beruntung menjalani dewasa dimasa kini. Betapa luasnya ilmu Allah. Dapat kita temukan dimana saja. Semuanya relatable dengan kehidupan yang manusia jalani. Sebagai seorang ibu, semakin ku sadari pula bahwa mendidik anak tanpa landasan agama dan akidah yang baik, kita akan sulit menjadi orang tua yang kuat. Tinggal bagaimana kita belajar 'membaca peta' agar tak sesat dalam rimba informasi. Terus menerus perbaiki niat dan intens membaca sumber-sumber pengetahuan utama yaitu Al-Qur'an & Siroh yang isinya adalah lautan ilmu. Menghadiri kajian agar hari-hari penuh demi menghidupkan kembali spiritual awakening  dalam diri. 


Mari kita upayakan Living in The Zen Life itu. Kesibukan tak boleh membuat kita lupa tugas kita sebagai hamba. Tak perlu menunggu diri sempurna untuk mulai mempersiapkan perbekalan terbaik. Semoga Allah senantiasa membuat diri kita istiqomah di atas jalan-jalan yang Dia sukai. Memudahkan kita bertakwa sampai akhir usia. Hingga mimpi indah itu bermanifestasi menjadi Surga yang nyata ~


“Dan berbekallah, sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS. Al-Baqarah 197)

Monday, December 23, 2024

Hadiah Paling Manis


Pengalaman pertama selalu lebih kuat merekam kenangan



Aku sudah mengaguminya sejak kelahirannya...



~ Hadiah Paling Manis ~


Ya, dia adalah cerita dan cinta pertama. Kabar gembira sekaligus pergulatan menghadapi rasa cemas untuk pertama kali bagi ayahnya dan aku ibunya. Sejak Pemilik Semesta mempersilahkannya hadir ke dunia, ia menjadi pengalaman pertama yang membuat kami mengambil banyak pelajaran. Doa yang ayahnya panjatkan, doa yang aku langitkan, doa dari banyak orang yang dihadiahkan untuknya, doa-doa yang sampai ke telinganya menjelma menjadi ekspektasi tanpa jeda. Dia, si anak pertama yang menjalani hari-hari penuh perhatian. Meskipun ia justru tumbuh dan belajar banyak hal sendirian.


Senyum itu merekah ketika si adik lahir, sebab ia tahu akan punya teman bermain. Barangkali, ia tak pernah berpikir sedikit pun bahwa keadaan akan berubah. Hari-hari yang penuh perhatian, sejak saat itu harus rela ia bagi. Hari-harinya tak hanya menjadi ramai, tetapi juga penuh uji nyali. Ia harus berbagi mainannya, ia harus berbagi makanan kesukaannya. Suara keras ibunya saban hari bagai menembus lapisan teratas bumi, hanya untuk memintanya mengalah dan memahami adik. 


Dia, si anak pertama yang lebih banyak menyimpan perasaannya sendiri. Bukan pendiam, tetapi memang tak pernah terang-terangan menyuarakan keinginannya. Ia amati semua dalam diam dan tetap ia upayakan sendiri. Pernah suatu ketika hujan turun cukup deras, dia ingin Magrib di masjid seperti biasanya dan aku melarangnya pergi sendiri. Hatinya mungkin jadi sedikit rapuh, sebab yang ingin ia tuju belum sampai. Setengah jam kemudian, aku melihat payung kecilnya basah. Rupanya ia tetap pergi diam-diam. Seringkali juga, suara air mengalir dan denting piring terdengar dari dapur, eh ternyata dia belajar mencuci piringnya sendiri sambil menjinjit. Seolah ingin membuktikan bahwa ia bisa melampaui batasan dalam dirinya. 


Dia, si anak pertama yang sedari kecil tertarik dengan warna. Momen ulang tahun yang kedua adalah pertama kalinya ia memegang bermacam peralatan menggambar dan mewarnai. Ia juga senang mandi hujan dan berlarian kesana kemari seperti anak-anak lainnya. Satu setengah tahun belakangan, ia sedang berupaya menghafal Juz Amma, tanpa pernah berucap ingin menjadi apa. Sudah lebih dua puluh lima Surah. Sebuah hadiah paling manis yang ia berikan untuk ayah ibunya.


~ Dia yang selalu 'mewarnai' hari-hari Ayah & Ibunya ~ 


~ Kue Cantik untuk Si Anak Manis yang Wisuda Tahfidz ~


Selama enam tahun, ia tumbuh dalam kesederhanaan dan pembiasaan dalam kondisi apapun. Ternyata ia lebih kuat dari yang ku duga. Si pengamat paling ulung dan representasi kakak yang galak ! Ya, dia adalah rival terbaik bagi adiknya. Kadang akur, banyak usilnya. Anak pertama yang sering diajak bicara serius oleh ibunya meskipun ia masih terlalu kecil untuk memahaminya. Mungkin, aku tak selalu pandai memahami pikirannya, tapi yang aku tahu pasti, dia adalah anak pertama yang paham betul atas apa-apa yang ia mau. Dan itu mengagumkan !


Hari-hari bergulir menuju tanggal ini : dua puluh. Di Jumat minggu ketiga Desember tahun ini menjadi penanda usianya yang kini enam. 


Untukmu, Faradiba : Semoga Pemilik Semesta selalu menjagamu, memberkahimu dengan kesehatan yang prima dan kasih sayang yang berlimpah, juga memberimu banyak kebaikan sepanjang usia ~


(Hari Ibu, 22 Desember 2024)

Wednesday, November 20, 2024

Birthday : A Time to Contemplate

 

Let's start with this : no one would buy a cake for everyday. But, most of the time, beautiful cake has a special way of creating a joy. It represents the joy and sweetness of life, especially for her. It isn't about a celebration, but it's about how she associate her emotions with it. Because It brings her favorite people together. Especially for the moment of Eid Al-Fitri or birthday, the most favorite day in her life.


Thinking about those day in her life, she knows what she truly needed - a time to contemplate. Taking time to pause. Let herself feel deep. Re-evaluate everything. Every part of her life. How her relationship with Allah SWT, how her relationship with family, how her relationship with other people. Contemplate her own fault. Contemplate how blessed she is for all the good friends in her life. Contemplate how grateful she is for the hard lessons and the wonderful memories in life. 


It was Wednesday, the 20nd of November

The Day when Her Creator Choose for Her




~ Birthday Cake, surprise from My Lovely Sister, Mbak Amar ~


~ Jazakillahu khoir for the surprise & the friendship. 12 years and forever ~


Aku tak pernah sekalipun menceritakannya. Bukan, bukan karena dia tak istimewa. Justru karena ketulusan atas semua kebaikannya tak bisa ku gambarkan dengan apapun. Sudah berapa purnama yang ia lewatkan bersamaku meskipun kami sempat beberapa tahun terpisah jauh. Dua belas tahun bagiku bukan waktu yang sebentar untuk saling mengetahui dan memahami satu sama lain. Menerima diri yang biasa-biasa saja ini. Termasuk mengenal dan mencintai keluargaku. Dia yang juga menyayangi anak-anak dengan hati dan jiwanya ~



~ With my bodyguard ~


Sometimes, she's still somehow strangely nostalgic for the old days, where life was simple and quiet, where life was cute and beautiful like her favorite cake. The days where she could find peace in every pages books she read. Also the days where she made a super big mistakes.


But, all of it, has brought her to this moment, today. The miracles to describe how Allah SWT really loves her. To guide her being a better mom and a better Muslim. 


May this day raise brightly, this year beautifully and life be blessed eternally (like her husband said)


Eat the cake with great pleasure, said "Aamiin" to every doa and enjoy the day with the heart full of Alhamdulillah ~