Tuesday, December 16, 2025

The Poetry : What If...

 

I believe, marriage is the best place for us to grow, to feel enough...





What if we break the common marriage rules, about having a quality time at least date outside once a week and we don't. What if we just loves to stay at home and give time for each other. Is our marriage look unhealthy and unhappy ? 😊

What if I'm a mediocre full time mom who rarely makes real food for kids ? What if I more often buys bread and sometimes just make fried rice for them ? Am I a bad mom ? 😊

What if I'm a mediocre wife who contributed nothing to earn something ? What if I’m a wife who doesn't care about decorate our home with fancy things, whose home just empty but comfy ? ❤

What if till now we haven't give any beautiful experiences to our parents but they still afford to give us a beautiful life ? Are we not mature ? ❤

What if I don't really feel need to have a group of 'mommy friends' to play dates or hangout together with them ? What if I just only have one or two friend but having two-way street deep relationship with them ? Is it bad that I want to be a different mom ? 😊

What if I just love to write and read at home for my 'me time' ? Am I a boring person ? 😊

What if I choose to fight for my beliefs openly or quietly but sometimes still make mistakes ? 😇

What if I'm choosing peace over people and prefer to decline any 'offer', to tons of solitude, to have a comfortable rest, to save my energy in order to more focus on my little family and found peace in worshipping Allah ? Am I not wise ? 😊


Let that be enough, feel enough. Alhamdulillah ❤

Tuesday, December 9, 2025

Idealis Di Tengah Dunia yang Pragmatis

 

Selama ini, saya selalu denial saat salah seorang teman dekat bilang bahwa saya adalah seorang idealis. Saya baru sedikit bisa menerima label idealis itu pada saya setelah ngobrol dengannya lebih dalam. Sebab, dalam benak saya, justru saya merasa diri ini egois 😁




"Kamu tuh selalu berpegang teguh dan berjalan pada nilai-nilai yang kamu percaya, walaupun pemikiran atau pilihanmu itu terasa kurang realistis di jaman now, berbeda sangat dengan pilihan kebanyakan orang..."

"Kamu dengerin orang lain dan paham betul pilihan mereka, tanpa mencela pilihan mereka, tanpa memaksakan pilihanmu ke mereka, tanpa bikin mereka menyukai pilihanmu, tanpa bikin mereka mengikuti pilihanmu, tapi kamu tetap berada di jalurmu sendiri sampai akhir..."

"Pilihanmu meninggalkan karir impian dan damai-damai aja jadi ibu di rumah, konsisten menulis esai di blog padahal lebih menguntungkan nge-vlog, pilihanmu bersuara di twitter meski kamu nggak tau itu akan terdengar atau nggak, banyaklah pilihan hidupmu yang kurang efisien. Kamu bisa bertanggung jawab atas identitas yang melekat didirimu, itu keren sih. Meski pilihan itu naif dan terlihat aneh..."

"Lebih pilih menghidupkan petualangan padahal depan mata ada jalur aman, hahahaaaa..."

"Kenyataannya, kita nih hidup di dunia yang melihat dan menuntut angka besar dihasil akhir, bukan prosesnya..."

"Dunia ini terlalu pragmatis untuk orang idealis kayak lo. Makanya, orang-orang idealis kayak lo tuh sering dipinggirkan bahkan disingkirkan..."

"Kamu pasti tau, konsekuensi mempertahankan kebenaran adalah menjadi seseorang yang tidak disukai..."


Ya Rabb... saya dibilang naif sama sahabat saya, guysss 😆


Ehm... saya seperti ini barangkali karena saya udah kebal saja, sih. Sudah berdamai apapun pendapat orang tentang saya. Dikritik, dibilang kaku, dianggap nggak fleksibel, tak dianggap menguntungkan, alhamdulillah. Kehidupan ini begitu kompleks, apapun jalan yang kita pilih tetap akan ada yang bersebrangan dan diam-diam tidak menyukai, it's okey. Ambil yang baik, buang saja yang buruk. Entah dianggap idealis, perfeksionis atau apapun itu, bagi saya, ujung dari semuanya adalah tetap komitmen terhadap pilihan.


Saya tak punya panggung, tetapi sistem harus tetap berjalan. Saya tetap punya pilihan untuk terus berproses, tidak curang, berjalan maju apapun peran yang ditakdirkan, siap atas segala konsekuensinya, tidak mengganggu kepentingan atau merugikan siapa-siapa. Dunia ini tempat segala ujian, bukan ? Selama saya masih punya 'ruang pribadi' untuk berdaya dan berkarya, itu sudah cukup. Sebab, pada akhirnya, setiap manusia akan berjalan sendirian. Gapapa sedikit ikut arus, tapi jangan sampai terseret begitu dalam. Berjalan sesuai hati nurani dan ritme diri saja, sebab kita punya hak untuk jujur pada diri sendiri. Diterima ataupun tidak.


Mungkin argumen teman dekat saya ada benarnya, tetapi bisa jadi kurang tepat.


Sebab, setiap manusia pasti memiliki sisi-sisi idealis, perfeksionis dan pragmatis meski bisa jadi akan berakhir realistis. 


Terdengar seperti paradoks, barangkali benar saya hanya egois. Atau ngeyel ? 😬

Saturday, December 6, 2025

Mencintai dan Mempertahankan yang Nyaris Hilang

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Jumat 15 Jumadil Akhir 1447 Hijriah, menjadi penanda selesainya pelaksanaan Asesmen Sumatif Akhir Semester satu di sekolah Diba. Ada perasaan lega bercampur haru. Rasa-rasanya baru kemarin dia belajar di Al-A'raaf dan sekarang sudah berjalan satu semester di Fatahillah.


Melihatnya setiap hari bertumbuh menjadi pribadi yang berbeda yang insya Allah semakin baik. Dia yang memulai semuanya dengan penuh keyakinan dan dalam perjalanannya berusaha menempa diri dengan keikhlasan. Sebab, keraguan bukan milik mereka yang bersungguh-sungguh atas apa yang dicintainya.




... Sungguh telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang nyata. Dengan kitab itulah, Allah membimbing orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan-jalan keselamatan, mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya dan kembali pada jalan yang lurus (QS. Al-Maidah ayat 15-16)



Sejak mulai belajar di sekolah dasar, nampaknya ia cukup tertarik dengan pelajaran berhitung. Entah apa yang mengusiknya, ia selalu menuntaskan rasa penasarannya sepulang sekolah. Ia buka kembali bukunya, dia ambil pensilnya sambil dia mainkan jari-jarinya. Tak terlihat seperti beban, biasa saja. Barangkali, baginya matematika itu asyik. Sama seperti menggambar dan mewarnai yang biasa dia lakukan kala mengisi waktu luang.


Tapi, satu hal yang paling membahagiakan dan membuat haru sejadi-jadinya adalah ia tak pernah melupakan hafalannya. Bahkan, tanpa sadar, hafalan itu kerap kali keluar sendiri dari mulutnya. Rasanya penuh syukur sebab ia berada di lingkungan sekolah yang kondusif serta di kelilingi oleh pengampu, ustad ustadzah dan teman-teman dengan tujuan yang sama ; belajar ilmu Dien dan menghafal Kitabullah. 


Alhamdulillah ini adalah tahun ketiganya. Tahun pertama di sekolah dasar dan sekolah memulainya kembali dari awal. Dia seseorang yang cepat mengingat tapi suka tak percaya diri memulai. Surah Al-Fajr', misalnya. Sebetulnya dia sudah hafal dan masih hafal, tapi tetap harus diberi clue awalan untuk memulainya. Dia justru lebih mudah menghafal surah yang jumlah ayatnya sedikit meski bacaan per-ayatnya panjang seperti Al-Bayyinah. Sementara untuk murojaah, dia seperti membuat 'metode'nya sendiri. Dia suka mengulang hafalannya dari surah-surah yang dibacakan oleh ustad ketika berjamaah Magrib dan Isya di masjid (beliau kerap menggunakan surah-surah Wasath Mufhasal). Sebuah 'metode' anak kecil yang baginya menyenangkan dan memudahkan. Dan semester satu ini selesai di surah Al-Ghosyiyah ❤


Tetapi, ia tetaplah anak manis dengan dunianya, ia tetaplah perempuan kecil biasa. Ia tak bisa murojaah sendirian, tak bisa mutqin sendirian, tak bisa istiqomah sendirian. Ada kalanya fokusnya terganggu, keadaan hatinya porak poranda, semangatnya meredup, moodnya terjun payung sampai mara-mara sendiri. Terkadang ia juga kepayahan sebab mengulang ayat berkali-kali tapi tak kunjung lekat dalam ingatan. Mempertahankan yang nyaris hilang. Patah hatinya nembuuuus sekali. Maka, akan selalu menjadi tugas orang-orang terdekatnya untuk terus mendampinginya, menguatkannya, mengevaluasi, ikut menghafal bersamanya dan mendukungnya habis-habisan. Agar ia selalu kembali kepada ayat-ayat Allah dan tetap merasakan nikmat hafalan itu dalam hatinya. 


(Baca Juga Kisahnya : Memulai Perjalanan Menghafal)


Tetapi, ini bukan hanya tentang menghafal. Melainkan juga upayanya untuk jatuh cinta berkali-kali dan mencintai dengan kesungguhan hati. Mengimani, memuliakan serta menjaga ayat-ayat suci Al-Qur'an


Dia tak terlahir dari keluarga penghafal Al-Qur'an. Meski saat ini ia memiliki pencapaian sebab karunia Allah, namun jangan bayangkan pula ia seseorang dengan hafalan yang banyak. Ia masih jauh dari kata itu dan banyak yang jauh lebih baik darinya. Tapi, alhamdulillah, semakin ke sini semakin baik. 


Jika ada satu anggota keluarga yang kelak akan menjadi syafaat bagi kedua orang tua dan keluarganya, mudah-mudahan orang itu adalah dia. Dia yang akan menjadi kebanggaan di hadapan Allah Ta'ala yang kelak kembali pulang kepada Rabb-nya dengan bangga pula. 


Semoga Allah jaga selalu hafalannya, Allah jaga akhlaknya, Allah jaga ibadahnya, Allah ridhoi upayanya untuk menjadi bagian dari orang-orang yang menghafal dan menjaga Al-Qur'an. Laa Hawlaa Walla Quwwatta Illaa Billah ~

Tuesday, November 18, 2025

Gelap Terang Dunia Akademisi | POV Biasa dari Istri Seorang Pengajar

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Hallo, istri dari bapak dosen di sini 😊


Seperti ini kegiatan suami yang bisa terpantau oleh kacamata saya...



❤  Bangun dan mandi. Lalu bikin kopi setelah pulang dari masjid. Sambil minum kopi, buka whatsapp untuk ngecek ada pesan dari mahasiswa dan rekan kerja atau tidak. Balas-balas pesan kalau ada yang perlu dibalas

❤   Ngecek jadwal kuliah

❤   Berangkat ke kampus & ngajar tentunyaaa

❤  Sebagai PA, dia memberi pendampingan ke mahasiswa untuk menyusun rencana studi & memilih mata kuliah, membuka konsul berkala dengan mahasiswa, memberi pengarahan kalau mahasiswa mengalami kendala dalam proses perkuliahan

❤  Sebagai pembimbing dan penguji ya tugasnya mengoreksi proposal atau tugas akhir, mendampingi mahasiswa seminar atau sidang, nguji seminar atau sidang 

❤   Penelitian sepertinya lebih sering mengerjakan berkelompok dengan tim riset yaaa

❤  Pengabdian pada masyarakat. Berupaya ikut memberi kontribusi bagi masyarakat dengan menerapkan ilmu untuk solusi masalah di lingkungan mereka 

❤   Ikut pelatihan, seminar dan sertifikasi 

❤   Bertemu dengan akademisi yang berkunjung ke kampus

❤  Belajar tipis-tipis. Ya donk, pengajar bukan dewa. Dia tetap perlu update materi, apalagi untuk ngajar kelas RPL 😁

❤   Update bahan ajar dan atau kirim bahan kuliah ke mahasiswa

❤   Tugas-tugas lain yang terkait dengan amanah jabatan di kampus


Saya tau dia sibuk dan lelah. Anak-anak juga tau ayahnya bekerja untuk mereka. Tapi, menurut saya, orang paling sibuk justru ialah orang-orang yang diberi kemampuan lebih untuk mengatur waktu luangnya


❤   Scroll medsos untuk lihat video-video komedi 😁 atau video pengembangan diri 😎

❤   Quality time di rumah ortu atau di rumah mertua

❤   Berkegiatan yang berkaitan dengan hobi sambil full recharge energy di rumah saja kala weekend 

❤   Tetap ngeronda, rapat RT, kerja bakti, pengajian atau kegiatan lain bapak-bapak di perumahan 

❤   Di momen tertentu, hangout bareng rekan seprofesi seperjuangan, bersama anak istri

❤   Muter-muter naik vespa sama anaknya sambil jajan tipis-tipis (ini selalu, tidak pernah tidak)

❤   Olahraga tipis-tipis 

❤ Deep talk with his queen : ngobrolin tentang perkembangan anak-anak, ngobrolin kegiatan di kampus, ngobrolin kerandoman tingkah mahasiswa, ngobrolin kebijakan pemerintah terkait pendidikan, ngobrolin iklim akademik yang sehat, ngobrolin perkembangan teknologi sampai review kajian

❤  Tak lupa mengambil jeda untuk diri sendiri


Kami selalu punya waktu untuk ‘sendiri’ meski sedang sama-sama berada di rumah. Terkadang, silent moment adalah salah satu cara kami untuk saling menghargai ketenangan diri masing-masing


Tak ada yang berlebihan. Tak juga banyak menunjukkan bagaimana kesibukannya. Tak membawa pulang lelahnya. Walau barangkali banyak sekali hal-hal berat dalam kepala yang ia pilih untuk menyimpannya sendiri. Menantang, gelap terang penuh warna warni. Sebab, ia juga manusia biasa terlepas apapun persepsi publik tentangnya.


Semoga ia selalu kuat menjadikan Allah Ta'ala satu-satunya cahaya yang mengatur hidupnya, memantapkan tujuannya, memberi pemahaman kepadanya juga menenangkan qolbunya.


Laa hawlaa walla quwwatta illa billah ~



Thursday, November 13, 2025

Almaz Fried Chicken & Menu Arabic-nya yang Akrab dengan Selera Lidah Indonesia

 

Banyak sekali kebetulan dan keberuntungan hari ini ❤


Lagi pengin banget makan siang dengan menu Arabic food yang sederhana aja. Penginnya menu Arabic yang juga cocok untuk bocil, karena biasanya menu Arabic kan cenderung pedas, ya. Lalu entah kenapa tadi kami melewati Almaz Fried Chicken. Langsung mampir donk 🥰


Mereka punya menu ayam goreng crispy yang semua bocil biasanya suka, ada juga nasi kebuli dan beef burger. Jadilah kami pesan satu porsi nasi kebuli + ayam goreng crispy dada untuk aku, satu porsi ayam goreng crispy paha + nasi putih untuk Dipo, satu porsi beef burger take home untuk Diba. Nggak lupa pesan air mineral dingin dan minuman spesial mereka susu kurma.






Ayam goreng Almaz sebetulnya serupa dengan ayam goreng umumnya, crispy golden brown. Baru akan terlihat perbedaannya ketika disuwir. Bumbu rempahnya merah orange menggoda 😍 Tapi sebetulnya enggak pedas dan cocok banget untuk bocil karena dagingnya juga empuk.


Kalau biasanya nasi kebuli dihidangkan dengan potongan daging kambing, tapi di Almaz pakai ayam goreng crispy dan ada potongan kismisnya. Rasanya tetap okeee dan tetap akrab dengan selera lidah kita. Bociiil approved 😉


Thank you, Almaz ~